Halaman

Rabu, 11 Mei 2011

Gethuk Cenil

    Saya baru saja menghabiskan gethuk cenil seharga seribu rupiah. Setelah segelas teh waktu itu, kali ini lagi-lagi, Mama yang mengantarkannya ke kamar.
    "Dasar anak manja...!"
    "Eh, bukan. Tapi beneran kok, saya nggak pernah minta diantarkan ini-itu sama Mama."
Gethuk cenil yang dibungkus di kertas itu memulangkan saya pada kenangan ketika saya masih berusia sekitar empat atau lima tahun. Tadi pun saya bertanya, "Ma, ini tukang gethuknya masih kaya dulu?"
    "Iya, pake baskom juga..."
    Ah, ternyata masih ada. Saya masih ingat bahwa saya paling tidak suka gethuk yang berwarna hitam, yang terlihat seperti terasi. Sebenarnya sih ada namanya sendiri, apa gitu, saya lupa. Waw, setelah tadi saya makan, ternyata rasanya enak. Oneng banget waktu dulu nggak suka. Mama... Mama... makasih yaa.. :)



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar: