Tulisan di bawah ini adalah saduran dari artikel asli yang ditulis oleh Ust. M Ihsan Arliansyah Tanjung. Semoga bermanfaat ya, Sob!! ^^
Ahwul ul-Muslim al-Yaum, apaan siiii? Yuk, disimak...
Ternyata, judul di atas kurang lebih begini, suatu upaya untuk menggambarkan keadaan dunia Islam kontemporer (saat ini) dengan segala kelebihan dan kekurangan-kekurangannya. Kondisi umat Islam saat ini penuh dengan kelemahan-kelemahan. Kelemahan-kelemahan itu terkait dengan kapasitas intelektual dan problematika moral. Ada apa aja ya?
Ternyata, judul di atas kurang lebih begini, suatu upaya untuk menggambarkan keadaan dunia Islam kontemporer (saat ini) dengan segala kelebihan dan kekurangan-kekurangannya. Kondisi umat Islam saat ini penuh dengan kelemahan-kelemahan. Kelemahan-kelemahan itu terkait dengan kapasitas intelektual dan problematika moral. Ada apa aja ya?
A. Kelemahan dalam Kapasitas Intelektual (Al Jahlu)
- Lemah dalam Pendidikan (Dho'fut Tarbiyah)
Kelemahan ini bisa kita rasakan dari pendidikan agama Islam yang sangat minim di sekolah formal. Sekali pun ada, ternyata juga masih sangat kurang. Maka dari itu, kita perlu bersama-sama menyajikan Islam dan tarbiyah (pendidikan) dengan mengubah pribadi dan lingkungan sekitar. Semoga dengan cara itu, kapasitas intelektual bisa muncul kembali.
- Lemah dalam Ilmu Pengetahuan (Dho'fut Tsaqofah)
Kelemahan jenis ini juga merupakan pilar mundurnya kebangkitan Islam. Rendahnya semangat dan kemauan untuk belajar yang berlarut-larut membuat Islam akan semakin terpuruk. Menjadi serasi, jika tsaqofah Islamiyah ini juga didukung dengan pengetahuan umum yang memadai baik politik, ekonomi, kemasyarakatan, dan yang lainnya. Hal itu pun perlu dipahami bahwa seluruhnya merujuk pada Alquran dan sunnah. Mengapa? Sebab, jika hal itu dilupakan, apakah bedanya dengan kepercayaan jaliliyah?
· Lemah dalam Perencanaan-Perencanaan (Dho'fut Takhthith)
Agaknya benar kata mutiara yang berbunyi: gagal merencanakan = merencanakan kegagalan. Mengapa bisa demikian? Hmm, jelas ya... Bagaimana kita akan pergi ke suatu tempat, tetapi tidak tahu rutenya? Rawan tersasar kan? Nah, setidaknya begitu. Dakwah ini juga bagaikan sebuah perjalanan, yang bahkan tidak kita tahu di mana ujungnya. Maka, jangan heran jika di tengah-tengah kita berjalan tanpa pikiran, tanpa wawasan, tanpa perencanaan, tanpa pola-pola yang indah. Bayangkan saja, jika “tanpa-tanpa” itu terus hinggap dengan kata bernama kebaikan. Dengan demikian, mari kita rencanakan bersama, melakukan pembinaan yang berisi, bukan pembinasaan yang berarti. Semoga!
· Lemah dalam Pengorganisasian (Dho'fut Tanzim)
Ternyata kelemahan tidak hanya berhenti pada kelemahan dalam perencanaan, tetapi juga dalam hal pengorganisasian. Ali ra berkata, “Kebenaran tanpa sistem yang baik akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisasi dengan baik.” Mari kita evaluasi, sudahkah kita menyumbang kelemahan ini dalam kerja kita?
· Lemah dalam Keamanan (Dho'ful Amniyah)
Upaya proteksi yang memadai menjadi penting bagi umat Islam. Kenyamanan setidaknya membuat kita sedikit demi sedikit menjadi lengah akan keamanan diri dan kekayaan baik moral dan material. Oleh karena itu, mari kita jaga, kita amankan aqidah kita dari serbuan budaya jahil.
· Lemah dalam Memobilisasi Potensi-Potensi Diri (Dho'fut Tanfidz)
Untuk mengoptimalkan peran kita dalam kebangkitan Islam, kita harus memahami dan menyalurkan potensi diri. Mengapa? Karena jika ini mampu kita munculkan, tidak hanya sebagai ungkapan syukur tetapi juga menjadi suatu kekutan yang bisa diandalkan oleh umat, apalagi jika dimobilisasi secara kolektif...
B. Kelemahan dalam Problematika Moral (Maradun Nafs)
Akhlak sebagai cermin muslim sudah dicemari oleh berbagai akhlak jahiliyah yang dilandasi oleh budaya dan gaya hidup masyarakat jahiliyah. Banyak didapati muslim yang secara statusnya masih sebagai muslim tetapi tidak mencerminkan lagi akhlak Islam yang susah dibedakan dengan mereka yang bukan muslim. Keadaan demikian tidaklah mustahil mengingat ghazwul fikri (perang pemikiran) yang sangat kuat saat ini. Kelemahan yang termasuk bagian di atas adalah:
· Hilangnya Keberanian (Adamus Saja’ah)
Umat Islam tidak seperti dahulu yang berprinsip laa marhuba illalah (tiada yang ditakuti selain Allah) sehingga tidak memiliki keberanian seperti orang-orang terdahulu yakni Rasulullah dan para sahabatnya yang terkenal pemberani. Sekarang ini umat Islam mengalami penyakit Al Juban (pengecut). Rasa takut dan berani itu berbanding terbalik sehingga jika seorang umat Islam takut kepada Allah maka ia akan berani kepada selain Allah tetapi sebaliknya jika ia takut kepada selain Allah maka ia akan berani menentang aturan-aturan Allah SWT.
· Hilangnya Sikap Teguh Pendirian (Adamus Sabat)
Umat Islam mulai memperlihatkan mudah mengalami penyimpangan-penyimpangan dan perjalanan hidupnya karena disebabkan oleh :
- termakan oleh rayuan-rayuan;
- terserang oleh intimidasi atau teror-teror
Salah satu ilustrasi hilangnya sabat (keteguhan) ini adalah prinsip hidup kaum muslimin tidak lagi dipegang hanya sering diucapkan tanpa dipraktikkan. Sebagai contoh Islam mengajarkan kebersihan sebagian dari Iman tetapi di negari-negeri kaum muslim kondisinya tidak bersih menjadi pemandangan pada umumnya.
· Hilangnya Semangat untuk Mengingat Allah (Adamut Dzikriyah)
Dalam Islam lupa diri sebab utamanya ialah karena lupa kepada Allah. Umat Islam dzikirullah-nya lemah maka mereka kehilangan identitas mereka sendiri sebagai Al Muslimum. Sebagaimana Allah berfirman dalam Qs. Al Hasyr ayat 19, “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik”.
· Hilangnya Kesabaran (Adamus Sabr)
Kesabaran merupakan salah satu pertolongan yang paling pokok bagi keberhasilan seorang muslim, sesuai firman Allah Qs.2:153 “Hai orang-orang beriman mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”. Kesabaran meliputi:
a. Ashabru bitha’at (sabar dalam ketaatan)
b. Ashabru indal mushibah (ketaatan ketika tertimpa musibah)
c. Ashabru anil ma’siat (sabar ketika menghadapi maksiat)
Sebagai umat Islam harus memiliki kesabaran ketiganya.
· Hilangnya Makna Ikhlas (Adamul Ikhlas)
Ikhlas tidak identik dengan tulus. Tulus artinya melakukan sesuatu tanpa perasaan terpaksa padahal bisa saja orang itu ikhlas walaupun ada perasaan terpaksa. Contohnya pada seseorang yang melakukan shalat subuh yang baru saja jaga malam sehingga sanat terasa kantuk tetapi karena shalat adalah suatu kewajiban perintah Allah swt ia tetap mengerjakannya, dsb.
· Hilangnya Komitmen (Adamul Iltizam)
Dewasa ini kaum muslimin kebanyakan tidak istiqomah berkomitmen terhadap Islam bahkan tidak sepenuhnya sadar bahwa Islam harus menjadi pengikat utama dalam hidupnya sehingga mereka banyak menggunakan isme-isme yang lain.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
0 komentar:
Posting Komentar