jam dinding di mayapada.
ada rindu di gerimis paginya.
di tajam-tajamnya ada guratan simfoni
menyertai hati dan kata yang tiada diam. menolehlah ia
pada hujan yang gerimisnya menusuk pelataran.
sendu.
syahdu.
aku menatap birunya titik air rinai
di kaca jendela.
kemilaunya semburat menikam rindu.
ah… ini fatamorgana!
bening.
ya, itu fatamorgana yang terisyaratkan dengan oase segar
yang kausisipkan di atas tembikar kekar.
oase di hati itu tertumpah di cakrawala mengaliri
relung sanubari. warnanya bagai lembayung terbalut kasih.
adakah kaurengkuh kemilaunya?
dan dengarkanlah tarian segar itu,
dari jendela kaca berintik cahaya kaupadukan
mozaik rindu yang padang rindang.
segar.
indah nian.
sudahlah, aku tak mampu lagi mengisahkan
sajak rindu ini.
biar detak jam dinding, gerimis, dan isyarat
yang jadi kemilau fatamorgana.
dan tentu engkau
yang tak habis-habisnya memeluk majas mesra.
sajak rindu di gerimis pagi bulan November
merilis simfoni hati yang tertera pada reranting
di pelataran. suaranya terdengar merdu di pematang senja.
ternyata ini realita bukan fatamorgana.
sisa jerit dan rintih pilunya
masih membayang di cakrawala.
dan tetap kunyanyikan bersama letupan doa
di penghabisan sepertiga malam.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
0 komentar:
Posting Komentar